Youth Camp For Climate 2023: Wilayah Kelola Rakyat sebagai Solusi Iklim

Konsolidasi anak muda sebagai tombak penerus pembangunan bangsa dalam mendorong dan mendukung berbagai solusi untuk persoalan lingkungan kian penting untuk dilakukan. Sebagaimana kegiatan Youth Camp For Climate 2023 yang telah berhasil diselenggarakan di Indramayu, Senin hingga Selasa, 20-21 Maret 2023.

Adam Kurniawan selaku eksekutif WALHI Nasional memulai diskusi dengan menjelaskan bahwa kita tinggal di negara kepulauan yang dianugerahi sumber daya alam yang melimpah. Kondisi ekologis serta keragaman bentang alam negara Indonesia inilah yang melatarbelakangi keanekaragaman hayati, juga melahirkan keanekaragaman budaya di negara kepulauan ini.

Oleh karena itu, segala aspek kehidupan yang dijalankan, termasuk aspek ekonomi harus dijalankan berdasarkan lanskap ekologis. Sejarah mencatat, praktik ekonomi yang dilakukan oleh komunitas masyarakat lokal memiliki kejayaan di masa lalu, tanpa merusak sumber daya alam. Dan praktik lokal tersebut berorientasi pada pemulihan krisis ekologi, krisis iklim, dan krisis ekonomi. 

Sumber kekayaan itu terbentang luas diberbagai provinsi, menghidupi dan berkontribusi untuk kelangsungan hidup manusia yang menempatinya. Entah itu kekayaan alam untuk sektor pertanian, peternakan, energi dan sumber mineral, batu bara, hingga lautan.

Akan tetapi, Adam menyebutkan, kondisi itu dikhianati oleh kebijakan dan industri modern. Hak kelolanya diberikan kepada korporasi besar baik asing maupun nasional yang tidak mengikuti lanskap keadilan ekologis dan keanekaragaman bentang alam. Cara pengelolaannya mengkhianati takdir alam Indonesia.

Korporasi modern menghendaki keseragaman. Dengan membuka hutan berlahan gambut untuk sawit, pembakaran hutan untuk pembangunan infrastruktur, hingga perampasan tanah untuk diobrak-abrik menjadi pertambangan yang kian marak terjadi.

Hal-hal tersebut berdampak pada longsor, banjir, kekeringan, kelaparan, kemiskinan, hingga yang dipanen hanyalah bencana. Tak terkecuali, keberadaan PLTU di Indramayu sebagai industri ekstraktif yang kini tengah dirasakan dampaknya bagi warga yang hidup & bermata pencaharian disini.

Tak berhenti situ saja tentunya, pembangunan PLTU  dan ekploitasi SDA yang lainnya juga kian mudah untuk diadakan. Oleh karena itulah, dalam kegiatan yang melibatkan lebih dari 100 anak muda di Jawa Barat ini, diperkenalkan kembali konsep ekonomi nusantara.

Kegiatan perekonomian yang berorientasi pada pemulihan krisis, menekankan keselarasan antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan mengedepankan praktek ekonomi lokal sebagai kekuatan memerangi pengambilan SDA yang eksploitatif dan merusak.

Misalnya masyarakat daerah Jawa yang pandai membatik, Bali dengan keindahan bentang alam membuat mereka tidak bergantung pada industri ektraktif dan mengandalkan pariwisata. Pun dengan masyarakat di berbagai daerah lainnya yang bisa melakukan kegiatan ekonomi sesuai kondisi ekologis tempat mereka bermukim.

Adam berpandangan, sebagai orang yang hidup dari situ, tidak mungkin rakyat akan merusak sendiri tanah miliknya. Hal ini berbeda dengan pengusaha besar, pengusaha sawit, tambang.  Para pengusaha besar tersebut cenderung akan lalai dan nir-empati karena tidak hidup di tanah tersebut. Dan cenderung tidak peduli jika tanah tersebut rusak atau hancur.

Adam meyakini, jika mau memulihkan kerusakan alam Indonesia,  mau mengurangi bencana yang terjadi setiap tahun, maka rakyat harus diberikan tanah yang mereka kelola sendiri.

Hal ini kemudian diperkenalkan sebagai Wilayah Kelola Rakyat sebagai implementasi untuk konsep perekonomian nusantara. WALHI meyakini bahwa tanah itu harus diserahkan ke rakyat dan pemerintah harus mengakui dan melindungi rakyat. Rakyat yang diberikan hak otonomi untuk mengelola tanahnya.

“Tak sampai disitu, WALHI juga melakukan dan mendorong yang namanya dana nusantara, mendukung pendidikan, mendukung inisiatif pengembangan ekonomi berbasis komunitas bukan koorporasi atau pemodal besar.” Lanjut Adam, Indramayu, (20/3/2023).

Lebih lanjut, Adam menjelaskan,  konsep wilayah kelola rakyat ini memastikan rakyat mendapat pengakuan atau WALHI mendorong agar tata kuasa diakui, dan rakyat harus berdaulat atas tanahnya.

Tahap selanjutnya, WALHI mendorong agar pengelolaan SDA  itu tidak untuk melayani kepentingan pasar. Kita mengerjakan sesuatu bukan untuk kepentingan pasar. Melainkan, untuk memastikan kita punya sumber makanan bahwa kita punya sumber kehidupan.

Kemudian, tata produksi diatur sedemikian rupa agar tidak merusak lingkungan. Terbukti tidak ada praktik yang menimbulkan polusi besar jika rakyat memproduksi sesuatu itu untuk rakyat makan, untuk menyekolahkan anaknya, menikahkan anaknya.

“Bandingkan dengan perusahaan sawit itu untuk memperbesar modalnya  mengembangkan perusahaan dia, jika habis tambang lagi. Kalau rakyat melakukan produksi untuk bisa hidup bukan untuk merampas dan perusakan. Tata konsumsi, bahwa bisa hidup layak dengan tanah yang kita miliki dan dikelola dan harus memastikan untuk menyediakan sumber konsumsi kita,” Jelas Adam, Indramayu, (20/3/2023).

Selanjutnya, Adam menegaskan, mengapa anak muda harus berperan untuk tau tentang wilayah kelola rakyat, karena Indonesia memasuki fase bonus demografi Tahun 2045, dimana 70% penduduk ada pada usia produktif. Tapi, jika keadaan tidak diperbaiki mulai dari saat ini, 70% akan bertumpuk diperkotaan lantaran tanah-tanah di desa sudah rusak dan dirampas. Menjadi buruh di kota dan berdesak-desakan. Kebutuhan pangan dan energi semakin banyak. Tentu mengganggu masa depan para generasi muda kedepan.

“Oleh karena itu, anak muda akan dididik, dijangkau, untuk sama-sama menyadarkan negara bahwa pola pengelolaan SDA yang berlangsung selama ini, sejak jaman Belanda hingga merdeka tidak berubah. Akibatnya terjadi kerusakan dan bencana. Lewat akademi ekologi kota menjangkau hal tersebut.” Pungkas Adam, Indramayu, (20/3/2023)

Kegiatan Youth Camp For Climate 2023 dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diskusi dari berbagai jaringan dan komunitas anak muda yang turut hadir, eksekutif WALHI Jabar, dan sejumlah masyarakat Indramayu. Tak hanya itu,  terdapat juga agenda deklarasi anak muda terkait komitmen persoalan iklim dan lingkungan, juga agenda penanaman pohon bersama keesokan harinya di area lahan pertanian yang tak jauh dari PLTU 1 Indramayu berdiri.