Jawa Barat, 24 November 2024 — Jawa Barat, sebagai salah satu provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia, menghadapi tekanan besar terhadap ekosistem hutannya. Alih fungsi lahan untuk kepentingan pemukiman, pertanian, dan pembangunan infrastruktur telah mengubah banyak kawasan hutan menjadi lahan kritis yang tidak produktif. Akibatnya, ekosistem alami terganggu, dan keseimbangan ekologis menjadi rapuh.
Secara ekologis, kehilangan tutupan hutan menyebabkan penurunan kualitas udara, peningkatan suhu rata-rata, dan penurunan kapasitas lahan untuk menyerap air hujan. Hal ini mengakibatkan risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor semakin tinggi. Selain itu, banyak spesies flora dan fauna endemik kehilangan habitatnya, yang menyebabkan penurunan populasi secara drastis. Dampak ini tidak hanya merusak ekosistem lokal, tetapi juga memengaruhi keberlanjutan ekosistem global.
Di sisi sosial, masyarakat lokal yang selama ini hidup bergantung pada sumber daya hutan turut terdampak. Kehilangan akses terhadap hasil hutan seperti kayu, madu, dan bahan obat-obatan tradisional mengurangi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Generasi muda juga kehilangan kesempatan untuk mengenal hutan sebagai bagian dari identitas budaya mereka. Kerusakan ini menciptakan kesenjangan yang semakin lebar antara manusia dan lingkungan.
Dalam konteks Jawa Barat, kerusakan dan kehilangan hutan telah terjadi, baik akibat dari tumpang tindih peta kawasan, pengelolaan hutan dilakukan secara ilegal (tidak sesuai etika dan fungsi hutan), perambahan hutan oleh kapitalis dan BUMN yang dibiarkan, hingga mangkirnya para pemegang kewajiban pada aturan IPPKH membuat masyarakat yang mempunyai ketergantungan terhadap hutan terpaksa terusir dan mencari lokasi lain karena masyarakat sekitar hutan yang tidak dapat dijamin oleh negara.
Ringkasan statistik atlas nusantara, hutan yang tersisa pada tahun 2023 di Jawa Barat hanya seluas 259.576 Ha. Sedangkan, luasan lahan kritis kian bertambah. Jabar menempati posisi ketiga dalam hal luas lahan kritis secara nasional, dengan total mencapai 907.979,09 hektare (data tahun 2021). Kondisi ini menunjukkan pentingnya rehabilitasi hutan sebagai solusi strategis untuk mengatasi dampak degradasi ini.
Dan atas refleksi tersebut, bersamaan dengan Momentum Hari Pohon Sedunia (21 November) dan Hari Menanam Pohon Nasional (28 November), Aliansi Bangun Hutan yang saat ini terdiri dari beberapa organisasi masyarakat sipil: WALHI Jawa Barat, FK3I Jawa Barat, PSDK Das Citarum, Gelanggang Hijau Indonesia, Jangkar Eco Village, Kampoeng Tjibarani, Sahabat WALHI Jawa Barat, Perkumpulan Inisiatif, Rumah Cemara, LION Indonesia, WSC UIN Bandung, Lintas Peradaban, memulai satu komitmen untuk upaya pemulihan kawasan hutan dan pemulihan lahan kritis di Jawa Barat.
Langkah awal dimulai pada salah satu rangkaian kegiatan Jambore Konservasi FK3I Jawa Barat. Dengan melakukan penanaman pohon di Blok Rehabilitasi TWA Cimanggu, Ciwidey, sebuah kawasan yang memiliki potensi besar untuk pemulihan ekosistem hutan tropis. Lokasi ini dipilih karena relevansinya sebagai salah satu area prioritas untuk rehabilitasi hutan di Jawa Barat.
Selain itu, kawasan ini juga mudah diakses oleh masyarakat dan memiliki nilai simbolis yang tinggi dalam mendukung konservasi lingkungan. Aksi penanaman pohon di lokasi ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat ekologis, tetapi juga membangun kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan.
Selain penanaman pohon, Diskusi Publik diselenggarakan untuk menyikapi krisis hutan dan lahan. Rehabilitasi hutan tidak hanya tentang menanam pohon, tetapi juga tentang menghidupkan kembali ekosistem yang mendukung keseimbangan ekologis, sosial, dan ekonomi.
Aliansi juga mengenalkan program Wali Kawasan. Pendekatan holistik yang melibatkan penanaman, pemeliharaan, dan pengelolaan kawasan secara berkelanjutan. Peran masyarakat menjadi sangat penting dalam upaya ini. Masyarakat lokal yang memiliki hubungan langsung dengan hutan harus dilibatkan sebagai agen perubahan, bukan hanya sebagai penerima manfaat.
Narahubung:
- Dedi Gjuy Kurniawan: +62 813-9479-3750 (FK3I)
- Jefry Rohman: +62 895-1783-3545 (WALHI Jawa Barat)
- Farrel Reyhan Gunawan: +62 815-7225-8772 (Perwakilan Aliansi Bangun Hutan)